THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

01 September 2010

Tagihan PLN Online

bagi temen" yang mau ngcek tagihan Listrik rumahny, kost"an, rumah ce'ny, rumah tetangganya KLIK aj disini

16 Maret 2010

kromatografi Lapis Tipis


 A.   Tujuan
1.      Memisahkan campuran dengan kromatogrfi kertas.
2.      Menentukan Rf suatu senyawa.
3.      Menentukan kandungan zat pewarna dalam minuman

B.   Dasar Teori
Kromatografi ditemui oleh Michael Tswett, seorang ahli botani di Universiti Warsaw (Poland), pada tahun 1906. Perkataan kromatografi berasal daripada perkataan Yunani "warna" dan "tulis"
Kromatografi terbentuk apabila terdapat satu fasa diam dan satu fasa bergerak. Fasa diam biasanya ialah padatan atau cairan manakala fasa bergerak biasanya ialah cecair atau gas. Setiap molekul yang berbeza akan terjerap kepada fasa pegun dengan kekuatan yang berbeza. Pada masa yang sama, dua molekul yang berlainan juga mempunyai keterlarutan yang berbeza dalam fasa bergerak.
Katakan kita mempunyai campuran dua bahan A dan B. A akan terjerap kepada fasa pegun dengan kuat manakala B tidak. A juga mempunyai keterlarutan dalam fasa bergerak yang lebih rendah berbanding dengan B. Jesteru, apabila campuran A dan B dibiarkan melalui satu lajur kromatografi, B dapat bergerak dengan lebih cepat berbanding dengan A kerana A mengalami rintangan yang kuat dalam perjalanannya
Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi bekerja berdasarkan prinsip yang sama.
Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan yang didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen dari campuran bersama-sama. Komponen-komponen yang berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula. Kita akan melihat alasannya pada halaman selanjutnya.
Dalam kromatografi kertas, fase diam adalah kertas serap yang sangat seragam. Fase gerak adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Kromatografi kertas merupakan bentuk kromatografi yang paling sederhana, mudah dan murah. Jenis kromatografi ini banyak di gunakan untuk identifikasi kualitatif maupun analisa kuantitatif.
  Zat additive adalah bahan tambahan makanan yang berguna sebagai pelengkap pada suatu bahan.  Zat additive pada produk makanan dan minuman berfungsi sebagai bahan yang dapat memperpanjang masa simpan produk serta untuk memperoleh mutu sensoris (citarasa,warna,dan tekstur).
Zat aditif juga ditambahkan ke dalam makanan atau pun minuman yang bertujuan memberikan rasa, warna yang menarik, dan supaya makanan atau pun minuman tersebut dapat bertahan lama. Zat aditif ini sama sekali tidak mengandung nilai gizi kepada yang mengkonsumsinya. Dalam jumlah yang tidak terlalu berlebihan zat aditif ini tidak berbahaya, akan tetapi jikalau telah melebihi dari standar yang normal maka sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Misalnya dalam jangka panjang akan menyebabkan kanker, gangguan fungsi ginjal, hati, menurunnya fungsi otak yang berakibat makin melemahnya daya ingat seseorang, dan efek-efek negatif lain yang dapat mengganggu kesehatan. Beberapa contoh zat aditif adalah MSG ( Monosodium Glutamate ) yang bertujuan untuk memberi rasa terhadap makanan, Rodamin-B yang berfungsi untuk memberikan warna yang menarik pada kecap, maupun minuman, Formalin yang diberikan agar makanan menjadi tahan lama, dan masih banyak lagi zat-zat aditif lainnya. Khusus Rodamin-B, zat pewarna ini biasanya untuk keperluan tekstil/ batik agar lebih menarik warnanya namun pada kenyataanya beberapa produsen kecap dan pembuat terasi juga memanfaatkan zat ini. Begitu pula dengan Formalin yang biasanya dipergunakan untuk mengawetkan mayat, ternyata juga dipakai untuk mengawetkan tahu, bakso, ikan basah dan kering, dan makanan lainnya yang belum sempat diperiksa oleh Balai POM ( Pengawasan Obat dan Makanan )  Depkes RI Rodamin-B dan Formalin sedikit pun tidak boleh ada dalam makanan atau pun minuman.
Rhodamin b pertama kali ditemukan dalam kandungan makanan dijakarta pada tahun 1978, pewarna makanan ini sebenarnya diproduksi untuk mewarnai kertas, tekstil, kayu dan barang industri non pangan lainnya.
Beberapa senyawa dalam campuran bergerak sejauh dengan jarak yang ditempuh pelarut; beberapa laiinya tetap lebih dekat pada garis dasar. Jarak tempuh relative pada pelarut adalah konstan untuk senyawa tertentu sepanjang anda menjaga segala sesuatunya tetap sama, misalnya jenis kertas dan komposisi pelarut yang tepat..
Pada identifikasi noda atau penampakan noda, jika noda sudah bewarna dapat langsung diperiksa dan ditentukan harga Rf. Rf merupakan nilai dari Jarak relative pada pelarut. Harga Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak tempuh oleh eluen ( fase gerak ) untuk setiap senyawa berlaku rumus sebagai berikut:
Rf=  jarak yang ditempuh oleh senyawa
        jarak yang ditempuh oleh pelarut
Rf juga menyatakan drajat retensi suatu komponen dalam fase diam. Karenan itu Rf juga disebut factor referensi.


C.   Alat Yang Digunakan
§  Batang pengaduk                                1 buah
§  Chamber                                              1 buah
§  Gelas kimia 100 ml dan 250 ml          1 buah
§  Gelas ukur 10 ml dan 25 ml                1 buah
§  Pipa kapiler                                         2 buah
§  Penangas air

D.   Bahan Yang Digunakan
§  Sampel minuman
§  Asam asetat 6%
§  Amoniak encer 13%
§  Larutan standard rhodamin B
§  Kertas kromatografi
§  Benang wol bebas lemak
§  Larutan pengelusi campuran etanol : asam asetat glacial : air =4:2:2,4







E.   Cara Kerja
1.      Ekstraksi Pewarna
 


                                                   Dimasukan dalam gelas piala 100 ml
Sampel          
 
 

                                                               Ditambahkan 5ml asam asetat glacial 6%
 

                                                   Masukan benang wol
Sampel
 
 

                                                                  Dipanaskan sampai volume sampel tinggal 10ml
 

                                                 Benang wol di ambil
Benang wol
 
 

                                                                    Dimasukan dalam gelas piala 100ml
 

                                                  Ditambahkan 5ml amonika encer 13%
                                     
                  Dipanaskan sampai warna pada benang lakmus sampai volume +  1ml
















2.      Identifikasi Pewarna 
Kertas saring
 
                                                              
                                                          Digunting ukuran 3x10 cm
                                             Dibuat garis datar pada jarak 2 cm dari ujung                 bawah dan 1 cm dari ujung atas
Zat warna pembanding
 
                                                 
                                                        
                                                         Di totolkan pada garis bawah
 


                                                      Di totolkan pada garis bawah


Chamber
 
                                                      Di isi dengan gas eluen campuran etanol :         asam asetat glacial : air ( 4:2:2,4)
 

                                            Dijenuhkan
Kertas kromatografi
 
 

                                                        Dimasukan dalam chamber yang telah jenuh
                                           Ditunggu sampai eluen naik pada tanda batas
Kromatografi
 
 

                                                          Dikeluarkan dari chamber
 

                                            Diberi tanda noda-noda dari komponen pewarna
                            
                  Diukur perjalanan jarak noda dan eluen

F.    Hasil Pengamatan
No
Perlakuan
Pengamatan
1





2
Sampel + asam asetat glasial + benang wol dan dipanaskan



Benang wol + amoniak encer
·      Larutan menguap berkurang menjadi 10 ml
·      Benang wol menjadi merah
·       

G.  Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan proses kromatografi kertas untuk mengetahui kandungan zat pewarna pada minuman. Pertama-tama kami mencampurkan sampel minuman dengan benang wol dan asam asetat glasial, disina asam astat glasial akan menarik zat pewarna dan kemudian akann diserap oleh benang wol yang telah dicampurkan. Benang wol yang memiliki serat akan menangkap zat pewarna yang telah terpisah dari minuman tersebut dengan bantuan dari asam asetat glasial. Pemisahan ini dibantu dengan pemanasan yang mengakibatkan semakin cepatnya pelepasan ikatan senyawa pewarna dengan senyawa minuman.
Benang wol yang telah mengandung zat pewarna itu kemudian ditambahkan dengan amoniak encer, hal ini bertujuan agar amoniak melarutkan zat pewarna yang telah berada dibenang wol. Zat pewarna telah larut ditunjukan dengan berubahnya warna benang wol dari berwarna merah menjadi putih. Dalam penarikan zat warna ini dilakukan pemanasan diatas penangas hal ini bertujuan agar komponen zat warna tidak rusak akibat panas yang berlebihan.
Didalam chamber yang telah disi eluen, yang merupakan campuran antara etanol, asama asetat glasial dan air. Eluen tersebut terlebih dahulu dijenuhkan, disini cember ditutup rapat dengan tujuan agar meyakinkan bahwa astmosfer dalam gelas kimia terjenuhkan denga uap pelarut. Penjenuhan udara dalam gelas kimia dengan uap menghentikan penguapan pelarut sama halnya dengan pergerakan pelarut pada kertas. Karena pelarut bergerak lambat pada kertas, komponen-komponen yang berbeda dari campuran zar warna akan bergerak pada laju yang berbeda dan campuran dipisahkan berdasarkan pada perbedaan bercak warna. Karena tidak adanya bercak warna seperti pada zar pembanding rhodamin b maka dapat diartikan kalaw sampel yang kami pakai tidak mengandung zat warna tersebut.
Pada saat terjadinya pergerakan kenaikan noda disini terjadi proses kompleksitas atau terjandinya interaksi antara air di atmosper chember dengan solulosa ( penyusun kertas saring ). Interaksi ini lah yang menjadi hal yang sangat penting dalam pengerjaan kromatografi kertas.

H.  Kesimpulan
Ø Dalam sampel minuman top dringk tidak terdapat zar pewarna rodamin b.
Ø Jarak yang ditempuh pada rhodamin pembanding yaitu 6,3 cm, lebih besar dari sampel yaitu 1,3 cm.
Ø Pemisahan komponen pada kromatogrfi kertas merupakan efek dari migrasi diferensial.
Ø Benang wol dapat menarik zat warna dengan bantuan asam asetat glasial.
Ø Rf dari rodamin adalah 0,9
Ø Rf dari sampel adalah 0,18
I.      Daftar Pustaka
Masriani. 2008. Diktat Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan. Pontianak : FKIP UNTAN



http://www.wahdah.or.id/wahdah/index.php?option=com_content&task=view&id=377&Itemid=0


Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi berkerja berdasarkan prinsip ini.

Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) danfase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. Kita akan membahasnya lebih lanjut.

Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras.

Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet, alasannya akan dibahas selanjutnya. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.

Kromatogram
Kita akan mulai membahas hal yang sederhana untuk mencoba melihat bagaimana pewarna tertentu dalam kenyataannya merupakan sebuah campuran sederhana dari beberapa pewarna.

Sebuah garis menggunakan pinsil digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada garis di lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini dilakukan menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram dibentuk.

Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan dalam sebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak berada.

Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut.

Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna.
Gambar menunjukkan lempengan setalah pelarut bergerak setengah dari lempengan.

Pelarut dapat mencapai sampai pada bagian atas dari lempengan. Ini akan memberikan pemisahan maksimal dari komponen-komponen yang berwarna untuk kombinasi tertentu dari pelarut dan fase diam.

Perhitungan nilai Rf
Jika anda ingin mengetahui bagaimana jumlah perbedaan warna yang telah terbentuk dari campuran, anda dapat berhenti pada bahasan sebelumnya. Namun, sering kali pengukuran diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang tempuh oleh bercak warna masing-masing.

Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari gelas kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses penguapan.

Pengukuran berlangsung sebagai berikut:
Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Rf=jarak yang ditempuh oleh komponen
jarak yang ditempuh oleh pelarut

Sebagai contoh, jika komponen berwarna merah bergerak dari 1.7 cm dari garis awal, sementara pelarut berjarak 5.0 cm, sehingga nilai Rf untuk komponen berwarna merah menjadi:
Jika anda dapat mengulang percobaan ini pada kondisi yang tepat sama, nilai Rf yang akan diperoleh untuk setiap warna akan selalu sama. Sebagai contoh, nilai Rf untuk warna merah selalu adalah 0.34. Namun, jika terdapat perubahan (suhu, komposisi pelarut dan sebagainya), nilai tersebut akan berubah. Anda harus tetap mengingat teknik ini jika anda ingin mengidentifikasi pewarna yang tertentu. Mari kita lihat bagaimana menggunakan kromatografi lapis tipis untuk menganalisis pada bagian selanjutnya.
Bagaimana halnya jika substansi yang ingin anda analisis tidak berwarna?
Ada dua cara untuk menyelesaikan analisis sampel yang tidak berwarna.

Menggunakan pendarflour

Mungkin anda masih ingat apa yang telah saya sebutkan bahwa fase diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi yang ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika diberikan sinar ultraviolet (UV). Itu berarti jika anda menyinarkannya dengan sinar UV, akan berpendar.

Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak pada kromatogram berada, meskipun bercak-bercak itu tidak tampak berwarna jika dilihat dengan mata. Itu berarti bahwa jika anda menyinarkan sinar UV pada lempengan, akan timbul pendaran dari posisi yang berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak sebagai bidang kecil yang gelap.
Sementara UV tetap disinarkan pada lempengan, anda harus menandai posisi-posisi dari bercak-bercak dengan menggunakan pinsil dan melingkari daerah bercak-bercak itu. Seketika anda mematikan sinar UV, bercak-bercak tersebut tidak tampak kembali. 

Penunjukkan bercak secara kimia

Dalam beberapa kasus, dimungkinkan untuk membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan mereaksikannya dengan zat kimia sehingga menghasilkan produk yang berwarna. Sebuah contoh yang baik adalah kromatogram yang dihasilkan dari campuran asam amino.

Kromatogram dapat dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam amino menghasilkan senyawa-senyawa berwarna, umumnya coklat atau ungu.
Dalam metode lain, kromatogram dikeringkan kembali dan kemudian ditempatkan pada wadah bertutup (seperti gelas kimia dengan tutupan gelas arloji) bersama dengan kristal iodium.

Uap iodium dalam wadah dapat berekasi dengan bercak pada kromatogram, atau dapat dilekatkan lebih dekat pada bercak daripada lempengan. Substansi yang dianalisis tampak sebagai bercak-bercak kecoklatan.
Dalam metode lain, kromatogram dikeringkan kembali dan kemudian ditempatkan pada wadah bertutup (seperti gelas kimia dengan tutupan gelas arloji) bersama dengan kristal iodium.

Uap iodium dalam wadah dapat berekasi dengan bercak pada kromatogram, atau dapat dilekatkan lebih dekat pada bercak daripada lempengan. Substansi yang dianalisis tampak sebagai bercak-bercak kecoklatan.

Penggunaan kromatografi lapis tipis untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa
Anggaplah anda mempunyai campuran asam amino dan ingin menemukan asam amino-asam amino tertentu yang terkandung didalam campuran tersebut. Untuk sederhananya, mari kira berasumsi bahwa anda mengetahui bahwa campuran hanya mungkin mengandung lima asam amino.

Setetes campuran ditempatkan pada garis dasar lempengan lapis tipis dan bercak-bercak kecil yang serupa dari asam amino yang telah diketahui juga ditempatkan pada disamping tetesan yang akan diidentifikasi. Lempengan lalu ditempatkan pada posisi berdiri dalam pelarut yang sesuai dan dibiarkan seperti sebelumnya. Dalam gambar, campuran adalah M dan asam amino yang telah diketahui ditandai 1-5.

Bagian kiri gambar menunjukkan lempengan setelah pelarut hampir mencapai bagian atas dari lempengan. Bercak-bercak masih belum tampak. Gambar kedua menunjukkan apa yang terjadi setelah lempengan disemprotkan ninhidrin.
Tidak diperlukan menghitung nilai Rf karena anda dengan mudah dapat membandingkan bercak-bercak pada campuran dengan bercak dari asam amino yang telah diketahui melalui posisi dan warnanya.

Dalam contoh ini, campuran mengandung asam amino 1, 4 dan 5.

Bagaimana jika campuran mengandung lebih banyak asam amino daripada asam amino yang digunakan sebagai perbandingan? Ini memungkinkan adanya bercak-bercak dari campuran yang tidak sesuai dengan asam amino yang dijadikan perbandingan itu. Anda sebaiknya mengulangi eksperimen menggunakan asam amino lain sebagai perbandingan.
Bagaimana kromatografi lapis tipis berkerja?
Fase diam-jel silika
Jel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan jel silika, atom silikon berlekatan pada gugus -OH.
Jadi, pada permukaan jel silika terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si. Gambar ini menunjukkan bagian kecil dari permukaan silika.
Permukaan jel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat membentuk ikatan hidrogendengan senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya, sebagaimana halnya gaya van der Waals dan atraksi dipol-dipol..
Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel silika kemudian digunakan serupa untuk alumina.

Apa yang memisahkan senyawa-senyawa dalam kromatogram?

Ketika pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan melarutkan senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis dasar. Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana halnya pergerakan pelarut. 

Bagaimana cepatnya senyawa-senyawa dibawa bergerak ke atas pada lempengan, tergantung pada:
  • Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut. Hal ini bergantung pada bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut.
  • Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya jel silika. Hal ini tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan jel silika.
Anggaplah bercak awal mengandung dua senyawa, yang satu dapat membentuk ikatan hidrogen, dan yang lainnya hanya dapat mengambil bagian interaksi van der Waals yang lemah.

Senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan melekat pada jel silika lebih kuat dibanding senyawa lainnya. Kita mengatakan bahwa senyawa ini terjerap lebih kuat dari senyawa yang lainnya. Penjerapan merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu substansi pada permukaan.

Penjerapan bersifat tidak permanen, terdapat pergerakan yang tetap dari molekul antara yang terjerap pada permukaan jel silika dan yang kembali pada larutan dalam pelarut.

Dengan jelas senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada lempengan selama waktu terlarut dalam pelarut. Ketika senyawa dijerap pada jel silika-untuk sementara waktu proses penjerapan berhenti-dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Itu berarti bahwa semakin kuat senyawa dijerap, semakin kurang jarak yang ditempuh ke atas lempengan.

Dalam contoh yang sudah kita bahas, senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan menjerap lebih kuat daripada yang tergantung hanya pada interaksi van der Waals, dan karenanya bergerak lebih jauh pada lempengan.

Bagaimana jika komponen-komponen dalam campuran dapat membentuk ikatan-ikatan hidrogen?

Terdapat perbedaan bahwa ikatan hidrogen pada tingkatan yang sama dan dapat larut dalam pelarut pada tingkatan yang sama pula. Ini tidak hanya merupakan atraksi antara senyawa dengan jel silika. Atraksi antara senyawa dan pelarut juga merupakan hal yang penting-hal ini akan mempengaruhi bagaimana mudahnya senyawa ditarik pada larutan keluar dari permukaan silika.

Bagaimanapun, hal ini memungkinkan senyawa-senyawa tidak terpisahkan dengan baik ketika anda membuat kromatogram. Dalam kasus itu, perubahan pelarut dapat membantu dengan baik-termasuk memungkinkan perubahan pH pelarut.

Ini merupakan tingkatan uji coba ? jika satu pelarut atau campuran pelarut tidak berkerja dengan baik, anda mencoba pelarut lainnya. (Berikan tingkatan dimana anda dapat berkerja, seseorang telah berkerja keras untuk anda dan anda hanya menggunakan campuran pelarut yang telah anda berikan dan segala sesuatunya akan berkerja dengan sempurna!)